Search This Blog

Monday, December 9, 2013

Cubaan pertama.

Bismillahhirrahmannirahim

Assalammualaykum,

Alhamdulillah, telah sebulan kami pulang ketanahair tercinta. Alhamdulillah, aku telah pulih sepenuhnya dan merasa lebih cergas dan sihat.

Hari ini baru berkesempatan untuk mentintakan lewat papan kekunci rentetan perjalanan Ibadah Haji kami.  Dugaan dan cabaran yang dihadapi bermula seawal mendapat berita yang permohonan kami diterima.

Dugaan pertama apabila mendapat berita, kami harus bergegas keseberang tambak untuk mengambil pakaian yang telah kami siapkan semenjak tahun lalu lagi.  Oleh kerana tak dapat kuota tahun lalu, aku merasa amat sedih dan just refuse untuk melihat bagasi yg telah aku siapkan dengan pakaian keperluan untuk ibadah haji, lantas aku telah meletakkan bagasi tersebut dirumah sana agar tak terlihat selalu bagi mengubat kesedihan itu.

Dugaan yang lebih menyedihkan terjadi apabila ketua Dear tidak rela melepaskan Dear untuk pergi bercuti. Sedih aku melihat keadaan Dear waktu itu. Putus asa dan sangat sangat tidak bersemangat. Sampai sampai aku hilang sabar dan mencabar Dear untuk berhenti kerja saat Dear mengatakan dia rela untuk melepaskan aku pergi sendiri jika memang dia tak dapat kelepasan bercuti.

"Yang, kalau Dee tak dapat cuti, you pergi sendiri ajalah" lemah suara Dear mengatakan ini padaku.

Aku berhenti untuk membuka telekung dan lantas aku mengalihkan arah ke pada Dear yang sedang duduk lesu diatas katil.

"Dee, apa yang Dee cakap ni?. Dee redha Yang pergi sendiri?. Dee tak nak pergi dengan Yang?", aku bertanya kepada Dear yang sedang menunduk.

"Ya, I redha you pergi sendiri, I cant help it", Dear menjawab tanya melihat wajahku.

Aku bergegas bangun, membuka telekung dan melipat sejadah. Aku duduk dihadapan Dear sambil aku memegang dagunya biar terarah ke wajah ku.

"Dee, kenapa Dee cakap macam tu. Apa Dee lebih pentingkan kerja dan tolak undangan Allah ni ke?. if have to fight until MOM pun, kita fight on your leave tu? Aku memujuk dengan suara yang tenang.

"Is not that! Yang tak faham tau. Kan ofis I nak pindah, its just wrong timing, sbb tu my boss tak kasi cuti, dia suruh defer"..Dear masih lagi bersuara tertekan.

"Look Dear, ofis you tu akan tetap pindah with our without you. Allah punya undangan ni tak tahu bila boleh dapat lagi. You bergantung hidup dengan ofis you ke dengan Allah?." Aku sudah mulai merasa hot.

"If worst come to worst, you berhenti kerja. InsyaAllah we can still hidup. ingat Dee, Allah saja tempat bergantung kita, important now, you have to be positive. Ingat juga, jaga perkataan yang keluar tu, semua menjadi satu doa". Aku tegas berbicara.

"You tak faham tau Yang, you make me more stress". Airmata mulai mengalir dipipi Dear. Ohhh! Ya Allah, ini yg aku tak sanggup melihat. Dear memang jarang sangat mengalirkan airmata, boleh ku kira dengan jari tangan dan kaki jumlah nya.

Aku lantas berdiri dan memeluk kepala Dear.
"Am sorry Dear, I dont mean to make you cry. But you have to be realistic, memang I tahu you sayangkan kerja you, tapi you rela ke tolak undangan Allah hanya kerana nak pindah. You realise kan, berapa ramai lagi yg menunggu tempat ni, Allah dah undang kita,you nak give up gitu aja? Dont give up ok, I akan bangun malam ni, minta dengan Allah dipermudahkan segala urusan you, dah stop crying Dear...jom makan, kalau u x selera, just duduk temankan I makan ok". aku pun dengan sedikit memaksa, menarik Dear turun dari katil.

Malam itu, kami tak lena tidor, masing masing melayan perasaan sendiri sambil terlentang. Aku hanya mampu bermonolog dan berdoa yang Allah permudahkan semuanya.

Entah pukul berapa kami tertidur aku pun tak tahu. Bila aku bangun sekitar jam 3.45 pagi, Dear tidur dengan tenangnya.

Beberapa kali aku bersolat hajat dan taubat. Lama aku berdoa memohon Allah ampunkan dosa dosa kami dan memohon Allah permudahkan segala bebanan yang Dear tanggung saat itu. Aku juga bertekad, jika Allah menghendaki aku saja pergi bersendirian, akan aku lakukan begitu. Cuma tak dapat aku bayangkan perpisahan kami nanti. Aku menangis semau maunya mengenakan jika itu yg akan terjadi di airport.

"Ya Allah, aku tidak kuat untuk menghadapi situasi begitu. Ya Allah, aku perlukan Dear bersama ku untuk menjadi tetamumu. Ya Allah, aku memohon kau ampunkan dosa kami bersama. Telah banyak dosa yang kami lakukan bersama dan izinkanlah kami menghadapmu dirumah mu memohon keampunanmu. Dan izinkanlah kami bersama untuk berada didekat makam kekasih mu memohon syafaatnya di Akhirat kelak" airmata terus mengalir dalam aku bermonolog dengan Sang Pencipta.

Tanpa ku sedar yang esakan ku mengejutkan Dear yg lagi lena.

"Yang dah pukul berapa ni?."

Aku tak terus menjawab...aku hanya meneruskan monolog ku dengan Allah. Hingga Dear memaksa diri untuk melihat jam dihandsetnya.

Akhirnya setelah selesai witir, aku mendekati Dear.

"InsyaAllah, semua akan dipermudahkan untuk kita. Dear kena yakin pada Allah dan serahkan segalanya pada DIA" aku mencium dahi nya dan terus keluar dari kamar kami dengan rasa lebih tenang.

Alhamdulillah, aku lebih tenang dan menyerahkan segalanya pada yang maha esa. Hanya DIA yang berkuasa dan hanya padanya Kami Memohon. Aamiin.






2 comments:

  1. Sis, welcome back. I've been waiting for the update. :) Good to see you actively blogging again. Keep on writing ya. They are beautiful. May He granted both of you Jannah. Amin.

    ReplyDelete
  2. Sedihnya... :(
    tapi, alhamdulillah.... akhirnya segalanya dipermudahkan olehNya... waiting for ur next entry... :)

    ReplyDelete